Sabtu, 25 Februari 2023

Mengenal Kebudayaan Betawi

Suku Betawi yang mayoritas tinggal di kota Jakarta punya kebudayaan yang beragam, mulai dari musik, seni pertunjukan, hingga kuliner. Kamu mungkin sudah familiar dengan beberapa namanya, namun ada juga kesenian yang saat ini sudah mulai jarang ditemui kecuali pada acara adat. Kali ini Traveloka ingin mengajak kamu untuk mengenal lebih kebudayaan.

Tanjidor adalah orkes musik yang masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Namanya berasal dari bahasa Portugis “tangedor” alias alat-alat musik yang berdawai. Meski memiliki nama ‘berdawai’, sebenarnya arti namanya saat ini sudah tidak sesuai lagi karena alat musik yang digunakan adalah alat musik tiup dan pukul seperti trombone, klarinet, terompet, dan drum. Pertunjukan tanjidor dimainkan oleh 7-10 orang untuk mengiringi pengantin atau menyambut tamu istimewa pada acara. Beberapa lagu yang umum dibawakan oleh orkes tanjidor antara lain Keramat Karam, Cente Manis, Merpati Putih, Bananas, Surilang, dan Kramton.


Ondel-ondel

Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan ondel-ondel. Sepasang boneka raksasa ini terbuat dari bilah bambu yang diberi kain serta perhiasan seperti pengantin, dan di dalamnya berisi orang yang menari. Biasanya ondel-ondel wanita memiliki wajah bercat putih dan yang pria wajahnya merah. Ondel-ondel dipercaya sebagai penolak bala dan juga sebagai pelengkap ritual saat selesai panen padi. Namun seiring berkembangnya zaman, ondel-ondel sekarang menjadi ditampilkan untuk membuat semarak di pesta rakyat atau saat sambutan tamu terhormat. Saat tampil tidak ada musik khusus, namun biasanya ondel-ondel diiringi dengan tanjidor, gendang pencak Betawi, rebana ketimpring, dan gambang kromong.


Gambang Kromong

Meskipun sama-sama orkes, gambang kromong berbeda dengan tanjidor. Orkes yang satu ini memiliki hubungan erat dengan masyarakat peranakan Tionghoa karena menggabungkan gamelan dengan musik barat dan Tionghoa. Instrumen gamelannya terdiri dari gambang kayu, kromong atau seperangkat bonang lima nada, gendang, kenong, suling yang ditiup melintang, rebab, dan alat musik dari tempurung kelapa mini yang dikenal dengan nama tehyan dan ohyan. Selain itu ada juga instrumen musik dari Barat seperti biola, gitar, terompet, dan saksofon. Lagu populer yang sering dibawakan adalah Jali-Jali dan Indung-Indung. Gambang kromong biasanya ditampilkan untuk memeriahkan acara perayaan seperti Cap Go Meh.


Silat Beksi

Seni maen pukulan atau silat tradisional khas Betawi ini ditemukan oleh Lie Tjeng Hok yang menggabungkan ilmu beladiri dari keluarganya (Tionghoa) dan guru-gurunya (Betawi). Silat beksi dikembangkan oleh masyarakat di daerah Kampung Dadap, Tangerang dan saat ini sanggarnya sudah tersebar banyak di Jabodetabek. Baju yang digunakan oleh pesilat disebut pangsi, baju longgar khas Betawi dengan celana menggantung di atas mata kaki, sarung di leher, dan peci. Biasanya pesilat juga membawa golok di bagian pinggang. Beberapa jurusnya antara lain Jurus Bangau Terbang, Jurus Pedang Serangkai, Jurus Cabut Pisau, dan Jurus Pedang Tangan Kosong.




Palang Pintu


Palang pintu memiliki arti membuka penghalang untuk bisa masuk ke suatu daerah. Tradisi ini identik dengan acara pernikahan yaitu untuk menguji kemampuan ilmu dan seberapa berani pengantin laki-laki mempersunting mempelai perempuan. Pada proses palang pintu, pihak laki-laki datang berombongan di mana terdapat satu jawara dari pihak laki-laki, dua jawara dari pihak perempuan, satu orang juru pantun dari masing-masing pihak, tiga pembaca shalawat dustur, satu pembaca sike (ayat Al-Quran), dan tim rebana kecimpring yang mengiringi mempelai laki-laki.

Ada 2 syarat yang harus dipenuhi pihak pria yaitu jawara pihak laki-laki harus mengalahkan jawara pihak perempuan dalam silat dan mampu melantunkan sike atau ayat Al-Quran. Jika berhasil, maka pengantin laki-laki diperbolehkan bertemu dengan pengantin perempuan di pelaminan. Selain di acara pernikahan, palang pintu juga dapat dilakukan untuk menyambut tamu khusus pada acara penting, seperti acara kenegaraan.




Lenong

Kesenian teater juga terdapat pada kebudayaan Betawi, yang dikenal dengan nama lenong. Awalnya, masyarakat Betawi mengenal teater bangsawan dan komedi stambul dengan pemain dari berbagai suku bangsa dan dialognya menggunakan Bahasa Melayu. Masyarakat Betawi menirunya menjadi pertunjukan lenong. Teater ini dimainkan tidak lebih dari 10 orang dengan dialog bahasa Betawi dan diiringi musik gambang kromong. Pertunjukkan lenong terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, Lagu-lagu berirama Mars dimainkan sebagai pembuka yang bertujuan untuk mengundang penonton datang. Setelah itu lagu hiburan yang dikenal dengan lagu dalem (lagu klasik) dan lagu sayur (lagu gambang kromong modern), dan yang terakhir lakon atau pementasan cerita. Dulu, lenong membawa cerita-cerita kerajaan. Namun seiring perkembangannya, lenong membawa cerita kehidupan sehari-hari. Pada pementasannya, pemain lenong akan beradu pantun sehingga menambah unsur komedi pada pertunjukannya.


Tari Topeng Betawi

Tari Topeng Betawi bersifat teatrikal, dengan cerita kehidupan masyarakat yang ditampilkan dalam gerakan dan lakon yang mengandung pesan moral. Tarian ini awalnya dipentaskan keliling sebagai hiburan dalam acara pesta seperti khitanan atau pernikahan karena dipercaya bisa menjauhkan dari marabahaya. Seiring perubahan zaman, tari Topeng Betawi lebih dikenal sebagai hiburan.Gerak tangan, pinggul, dan ketahanan kaki adalah hal yang sangat penting pada Tari Topeng Betawi . Pada saat tampil, penari akan menari sambil menggigit topeng yang terbuat dari kayu agar topeng tidak jatuh. Tariannya diiringi oleh musik dari kecrek, rebab, kempul, gong buyung, gendang besar, kulanter, dan kromong tiga.





Tari Lenggang Nyai

Tarian Lenggang Nyai diciptakan oleh Wiwik Widiastuti, seorang koreografer asal Yogyakarta. Nama tariannya berasal dari kata “lenggang” atau lenggak-lenggok dan “nyai” diambil dari nama Nyai Dasimah, tokoh perempuan Betawi dalam cerita rakyat. Karakter dan perjuangan Nyai Dasimah dalam membela hak dan kebebasan perempuan dilambangkan pada tarian ini. Gerakannya adalah perpaduan dari tari cokek, tari topeng, dengan unsur Tionghoa. Penarinya adalah empat hingga enam gadis kecil.

Asinan Betawi


Kalau di Barat ada salad, Betawi punya asinan. Makanan ini adalah sayuran segar yang diawetkan (seperti sawi, kol, tauge, selada, kacang, tahu) dan rasanya asam-manis. Terkadang juga ditambahkan kerupuk mie kuning sebagai pelengkap. Bumbu kuahnya terbuat dari bumbu kacang, dengan campuran cabai dan cuka.




Soto Tangkar

Hampir semua daerah di Indonesia memiliki gaya tersendiri dalam penyajian soto, termasuk Betawi. Soto yang kaya rasa dengan citarasa gurih ini konon diberi nama “tangkar” karena pada masa penjajahan Belanda, para meneer akan memakan daging sapi sedangkan bagian tangkar atau iga dan jeroan akan diberikan kepada orang Indonesia. Akhirnya, bagian ini diolah menjadi Soto Tangkar.



Keluaran Sepeda Listrik Terbaru

  Sepeda listrik , Merupakan keluaran terbaru bagi dunia digital teknologi, Teknologi terkini berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu,...